Senin, 23 September 2024


 

1.     Mulai Dari Diri: Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran? 

Sebelum memulai proses pembelajaran mata kuliah Perspektif Sosiokultural Dalam Pendidikan pada Topik 1 saya memiliki pemikiran mengenai pentingnya pendekatan ini. Melalui mata kuliah ini memberikan saya pemahaman tentang cara seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, proses, dan evaluasi/asesmen dalam konteks sosiokultural siswa yang meliputi aspek budaya, sosial, ekonomi dan politk. Sebagai guru, saya perlu menghargai keberagaman budaya di kelas untuk menciptakan lingkungan belajar yang relevan, sehingga siswa merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan.

Selain itu dalam pemikiran saya adalah bagaimana pengetahuan yang saya dapatkan di mata kuliah ini dapat diterapkan ketika mengajar dan berhadapan dengan peserta didik yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Saya menyadari bahwa sebagi seorang guru, kita bukan hanya sebagai penyampai informasi secara pasif kepada siswa tetapi juga menciptakan pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi peserta didik. Setiap peserta didik memiliki keunikan dan latar belakang yang berbeda-beda oleh karena itu saya membayangkan bagaimana saya bisa menggunakan wawasan yang saya dapatkan melalui mata kuliah ini untuk berusaha bisa memahami keberagaman peserta didik dan merencanakan pengajaran yang sebaik-baiknya agar bisa menyelaraskan perbedaan nilai-nilai budaya, bahasa dan komunikasi serta pengalaman hidup peserta didik agar mereka memperoleh hak yang sama untuk belajar.

2.     Eksplorasi Konsep: Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini? 

Setelah mempelajari eksplorasi konsep, saya mempelajari terkait sejarah pendidikan pada zaman kolonial Belanda dan Jepang. Yang tidak terlepas dari faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Sistem pendidikan pada masa kolonial hanya diselenggarakan secara terbatas, baik akses maupun tujuan pembelajarannya. Bahkan dikatakan hanya untuk kepentingan membantu bisnis kolonial saja. Berikut ini penjelasan mengenai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi sistem pendidikan pada masa Belanda dan Jepang. Pertama, Faktor Sosial. Pada penjajahan belanda sistem pendidikan berdasarkan strata sosial bagi kalangan elit eropa dan priyayi (bangsawan pribumi), sedangkan untuk rakyat biasa sangat terbatas aksesnya. Sedangkan pada masa penjajahan jepang akses pendidikan diperluas namun dengan kontrol yang ketat. Kedua, Faktor Budaya. Pada masa Belanda lebih banyak menekankan pada budaya Barat dan Bahasa Belanda dan menganggap bahasa dan budaya lokal kurang penting sedangkan pada masa Jepang mengajarkan sejarah dan budaya Jepang sebagai cara untuk menggalang dukungan dan loyalitas  rakyat. Ketiga, Faktor Ekonomi. Secara ekonomi, pendidikan pada masa Belanda atau Jepang sama-sama digunakan hanya untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan ekonomi kolonial. Keempat, Faktor Politik. Dibawah penjajahan belanda, sistem pendidikan dibuat untuk memperkuat kontrol kolonial belanda dan membatasi pengetahuan tentang sejarah dan budaya Indonesia yang dapat memicu semangat nasionalisme. Sedangkan pada masa Jepang menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mengkondisikan masyarakat agar setia kepada pemerintah Jepang dan mendukung tujuan perang mereka

 Terdapat beberapa tokoh yang memperjuangkan pendidikan bagi rakyat Indonesia, salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan Sekolah Taman Siswa. Beliau saat ini dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Hasil pemikirannya bahkan masih digunakan sebagai landasan pendidikan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan Indonesia telah mengalami 11 kali perubahan kurikulum. Tetapi pengaruh faktor-faktor sosial, Budaya, Ekonomi dan politik tetap berperan penting dalam pengembangan sistem pendidikan.  

3.     Ruang Kolaborasi. Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi? 

Pada ruang kolaborasi, kami memaparkan hasil diskusi kami setelah melihat dan mengamati 5 video mengenai pengalaman pengajar dari beberapa daerah. Berdasarkan hasil pengamatan kami mengambarkan melalui program Indonesia Mengajar mereka mengalami secara langsung keadaan nyata masyarakat di berbagai daerah terpencil masih mengalami kesulitan dan ketidakmerataan dalam sektor pendidikan di Indonesia. Pada daerah tersebut, terdapat keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk minimnya fasilitas sekolah, kekurangan tenaga pendidik, dan aspek lain. Dampak dari ketidakmerataan ini membuat anak-anak hanya mampu mengejar pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD), dengan metode pembelajaran yang lebih banyak terkait dengan pengalaman alamiah dan belajar di alam atau luar kelas.Tantangan lain juga dialami oleh pengajar muda yang bernama Martencis Veronica, yang harus merubah mindset dan motivasi anak untuk belajar agar meminimalisir pernikahan dini di daerah tersebut.

Pengiriman pengajar muda dari kota merupakan salah satu upaya dari pemerintah daerah untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada siswa misalnya adalah penerapan bahasa asing dan penggunaan teknologi interaktif kepada anak-anak di daerah terpencil. Hal ini memiliki dampak positif yang sangat signifikan, yakni semakin meningkatkan semangat anak-anak untuk belajar. Tindakan ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi kesenjangan akses pendidikan. Ini juga mencerminkan semangat dan tekad anak-anak di daerah terpencil yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Hal ini memberikan harapan bagi generasi muda Indonesia, dengan peningkatan kualitas pendidikan sebagai kunci untuk bersaing di dunia yang terus berubah.

4.     Demonstrasi Kontekstual. Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Pelajaran yang dapat saya ambil dari pengalaman saya mengerjakan demonstrasi konstektual adalah kemampuan untuk berdiskusi dan berkerjasama dengan rekan-rekan saya untuk menghasilkan suatu karya hasil dari pemikiran dan sudut pandang berbeda. Pada demonstrasi konstektual ini kami menyusun pendapat dan ide-ide berbeda untuk menyajikan hasil diskusi kami. Saling mendukung dalam mengkomunikasikan ide satu sama lain agar dapat menciptakan hasil yang mudah dimengerti oleh yang lain.

Selain pengalaman mencapai kesepakatan dalam kelompok, saya juga belajar untuk saling membantu dalam kelompok. Ketika ada teman yang menanyakan pendapat, saya akan mengutarakan pendapat saya untuk menguatkan keraguan yang ada dan begitu sebaliknya. Selain dalam kelompok kami juga saling berbagi pengetahuan, misalnya pada saat mengedit menggunakan canva. Ada beberapa teman yang belum pernah menggunakannya, sehingga sambil mengerjakan tugas kelompok juga sekalian mengajari teman yang lain cara menggunakan canva. Dari kelompok ini saya banyak belajar pengalaman baru, misalnya melatih daya pikir analis dan kritis, berkomunikasi dan berkontribusi dalam kelompok yang mana hal ini sangat berharga di dalam kehidupan sehari-hari saya, atau di dunia akademik.

5.     Elaborasi Pemahaman.

a.     Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini? 

Sebelumnya saya telah memahami bahwa sosiokultural sudah mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia sebelum Indonesia merdeka, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Selanjutnya mengenai pembahasan sosiokultural dalam pendidikan saat ini, kita tahu bahwa komposisi masyarakat bersifat heterogen atau multikultural membuat perbedaan budaya sebagai latar belakang individu. Perspektif sosiokultural dimulai dengan eksplorasi diri setiap individu, yang meliputi identitas, hubungan asial dengan masyarakat, preferensi, tujuan hidup, karakteristik dan kemampuan individu.

Begitupun dengan peserta didik berangkat dari berbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Untuk menghadapi hal tersebut terdapat Teori Vygotsky yang menyatakan bahwa “ketika latar belakang budaya menjadi tantangan kelas multikultural dalam pendidikan maka diperlukan pendidikan kognitif”. Yaitu berupa penyediaan alat psikologis dan mediasi. Alat psikologis merupakan jembatan antara individu dengan lingkungan sosial budaya yang baru sehingga diperlukan mediasi untuk membantu dan memaksimalkan kemampuan potensial individu dalam proses pembelajaran. Mediasi tersebut memerlukan kemampuan analisis pendidik atau guru untuk menentukan kemampuan aktual yang diperoleh individu atau murid sehingga guru dapat memberikan bantuan atau scaffolding berupa bimbingan atau teman belajar untuk memaksimalkan potensi individu tersebut sehingga perbedaan sosial, budaya, politik, dan ekonomi dapat dimediasi.

b.     Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ?

Hal baru yang saya pahami adalah untuk menghadapi perbedaan latar belakang tersebut berdasarkan Teori Vygotsky solusinya adalah dengan pendidikan kognitif. Misalnya dengan ZPD (Zone of Proximal Development (ZPD atau mediasi. Selain itu guru juga bisa menggunakan teknik scaffolding yaitu memberikan bantuan yang sesuai pada saat  siswa mempelajari konsep baru dan berangsur-angsur mengurangi bantuan tersebut.

 Sehingga dapat dipahami bahwa pendekatan sosiokultural ini bertujuan untuk memastikan guru dapat merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan budaya dan kondisi sosial yang ada, agar kebutuhan siswa bisa terpenuhi dengan baik selama pembelajaran. Dengan memperhatikan keadaan sosial, budaya, dan ekonomi di sekitar sekolah, guru bisa merancang cara mengajar yang lebih sesuai dengan pengalaman dan harapan siswa. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih berarti, karena siswa bisa lebih mudah menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

c.     Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? 

Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut adalah mengenai praktik pengajaran langsung di lapangan mengenai penerapan pembelajaran yang mendukung keberagaman siswa. Saya ingin mempelajari lebih lanjut mengenai cara berinteraksi sosial yang baik dan memahami zona proksimal siswa dalam pembelajaran. Agar pembelajaran yang saya lakukan nanti mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dimana siswa merasa dihargai dan diterima terlepas dari keberagaman budaya dan pengalaman mereka. Selain itu juga bagaimana menciptakan kolaborasi yang baik antara guru dan siswa agar bisa membantu siswa mencapai potensi terbaiknya.

6.     Koneksi Antar Materi. Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain? 

Pada koneksi antar materi, saya mempelajari bahwa ternyata pembelajaran Perspektif Sosiokultural memiliki keterkaitan dengan mata kuliah lain, yang akan dijelaskan dibawah ini:

a.     Filosofi Pendidikan Indonesia. Filosofi pendidikan Indonesia membahas mengenai sejarah perjalanan pendidikan Indonesia sejak pra-kemerdekaan yang juga berkaitan pengaruh dari faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik. Sehingga sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa “pendidikan harus memperhatikan kodrat zaman dan kodrat alamnya”, sehingga seorang guru harus menyesuaikan pembelajarannya berdasarkan perbedaan kemampuan dan latar belakang peserta didik.

b.     Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif sosiokultural membahas mengenai aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan dapat mempengaruhi kebutuhan dan karakteristik peserta didik secara individu. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana dalam penerapannya penting untuk memahami latar belakang dan budaya serta faktor ekonomi peserta didik untuk merancang pembelajaran berdasarkan kesiapan, minat, dan gaya belajar siswa.

c.     Prinsip Pengajaran dan Asesmen I . Pendidikan perlu memperhatikan latar faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam merancang kegiatan pembelajaran yang relevan dan adil bagi semua peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran, materi, dan penilaian yang akan diterapkan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik.

d.     Pemahaman Terhadap Peserta Didik dan Pembelajarannya. Perbedaan latar belakang peserta didik bisa menjadi acuan guru dalam memahami karakteristik peserta didik dan cara pembelajarannya. Dengan mengetahui kebutuhan peserta didik, guru bisa merancang pembelajaran yang efektif, inovatif, dan kreatif.

7.     Aksi Nyata.

a.     Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Manfaat pembelajaran perspektif sosiokultural dalam pendidikan yang saya rasakan untuk mendukung kesiapan diri saya sebagai guru adalah menambah pemahaman dan pengetahuan saya sebagai calon guru bahwa setiap siswa berasal dari lingkungan yang berbeda, yang mempengaruhi cara mereka belajar, berinteraksi, dan memahami dunia. Dengan mengenali faktor-faktor ini, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Hal ini menyadarkan diri saya bahwa seorang guru bukan hanya sebatas menyampaikan informasi secara pasif tetapi juga menjadi fasilitator yang berfokus pada peserta didik dengan memperlakukan peserta didik dengan adil.

Selain menambah pemahaman dan pengetahuan saya, pembelajaran ini juga bermanfaat bagi saya untuk peningkatan keterampilan mediasi (peran guru dan orang dewasa lainnya dalam membimbing siswa melalui interaksi sosial untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam), penggunakaan teknologi untuk mendukung kegiatan pembelajaran sesuai dengan zaman yang berlaku saat ini. Dengan memiliki kesiapan diri tersebut akan membantu saya sebagai calon guru untuk mengoptimalkan penerapan perspektif sosiokultural dalam pengajaran.

b.     Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?

Menurut saya kesiapan diri saya saat ini berada di skala 7, alasan saya yang pertama karena sebelumnya saya berasal dari basic non-kependidikan sehingga pengalaman langsung mengenai penerapan konsep-konsep yang saya pelajari dalam mata kuliah perspektif sosiokultural di dalam kelas. Menurut saya dalam penerapan konsep ini di pembelajaran membutuhkan waktu dan latihan yang cukup untuk memberikan saya pengalaman dan evaluasi diri menjadi lebih baik dalam praktiknya. Kedua, mengenai pemahaman konsep saya merasa pengetahuan saya masih terbatas. Saya sudah memahami bahwa setiap anak berasal dari konteks sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran dan asesmen harus disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang peserta didik. Namun kedepannya tentu masih banyak aspek-aspek yang lebih dalam dan beragam yang akan saya pelajari dan bisa saya terapkan untuk mendukung kompetensi diri saya. Ketiga, mengenai keterampilan teknologi. Saya merasa, saya sudah cukup mahir menggunakan perangkat komputer misalnya microsoft office, penggunaan canva, dan aplikasi lain yang bisa mendukung proses pembelajaran saya nantinya.

Berikut adalah alasan mengapa saya menilai bahwa kesiapan diri saya berada di skala 7, namun hal ini akan menjadi evaluasi diri saya untuk terus belajar dan mencari pengalaman untuk menerapkan konsep-konsep sosiokultural dalam praktik pembelajaran saya.

c.     Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal? 

Hal yang perlu saya persiapkan untuk bisa menerapkan perspektif sosiokultural dalam pendidikan dengan optimal adalah dengan melihat kekurangan yang sudah saya jelaskan diatas. Berdasarkan evaluasi tersebut, saya perlu mempersiapkan diri dengan mengasah pengetahuan saya lebih baik lagi dengan belajar sungguh-sungguh tentang konsep-konsep sosiokultural melalui perkuliahan atau mengamati langsung ketika PPL di sekolah untuk menambah pemahan dan pengetahuan saya. Kedepannya ketika praktik mengajar langsung saya akan berusaha menerapkan konsep yang didapat dalam mata kuliah ini, dan terus mengevaluasi diri saya lebih baik lagi.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan di perkuliahan atau praktik pengalaman lapangan saya berharap ketika saya menjalani tugas sebagai seorang guru, saya akan lebih siap dan mampu untuk memberikan pembelajaran yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, terutama mengenai moral. Karena saat ini banyak sekali pengaruh perkembangan teknologi yang membawa dampak negatif.

  1.      Mulai Dari Diri: A pa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?  Sebelum memulai proses pembelaj...