1. Mulai Dari
Diri: Apa yang Anda pikirkan tentang topik
ini sebelum memulai proses pembelajaran?
Sebelum memulai proses pembelajaran mata
kuliah Perspektif Sosiokultural Dalam Pendidikan pada Topik 1 saya memiliki
pemikiran mengenai pentingnya pendekatan ini. Melalui mata kuliah ini
memberikan saya pemahaman tentang cara seorang guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran mulai dari perencanaan, proses, dan evaluasi/asesmen dalam konteks
sosiokultural siswa yang meliputi aspek budaya, sosial, ekonomi dan politk.
Sebagai guru, saya perlu menghargai keberagaman budaya di kelas untuk
menciptakan lingkungan belajar yang relevan, sehingga siswa merasa lebih
terhubung dengan materi yang diajarkan.
Selain itu dalam pemikiran saya adalah
bagaimana pengetahuan yang saya dapatkan di mata kuliah ini dapat diterapkan ketika
mengajar dan berhadapan dengan peserta didik yang berasal dari latar belakang
sosial yang berbeda. Saya menyadari bahwa sebagi seorang guru, kita bukan hanya
sebagai penyampai informasi secara pasif kepada siswa tetapi juga menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi peserta didik. Setiap peserta didik
memiliki keunikan dan latar belakang yang berbeda-beda oleh karena itu saya
membayangkan bagaimana saya bisa menggunakan wawasan yang saya dapatkan melalui
mata kuliah ini untuk berusaha bisa memahami keberagaman peserta didik dan
merencanakan pengajaran yang sebaik-baiknya agar bisa menyelaraskan perbedaan
nilai-nilai budaya, bahasa dan komunikasi serta pengalaman hidup peserta didik
agar mereka memperoleh hak yang sama untuk belajar.
2. Eksplorasi Konsep: Apa yang Anda
pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?
Setelah mempelajari eksplorasi konsep, saya mempelajari
terkait sejarah pendidikan pada zaman kolonial Belanda dan Jepang. Yang tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Sistem
pendidikan pada masa kolonial hanya
diselenggarakan secara terbatas, baik akses maupun tujuan pembelajarannya.
Bahkan dikatakan hanya untuk kepentingan membantu bisnis kolonial saja. Berikut
ini penjelasan mengenai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang
mempengaruhi sistem pendidikan pada masa Belanda dan Jepang. Pertama, Faktor
Sosial. Pada penjajahan belanda sistem pendidikan berdasarkan strata sosial
bagi kalangan elit eropa dan priyayi (bangsawan pribumi), sedangkan untuk
rakyat biasa sangat terbatas aksesnya. Sedangkan pada masa penjajahan jepang
akses pendidikan diperluas namun dengan kontrol yang ketat. Kedua, Faktor
Budaya. Pada masa Belanda lebih banyak menekankan pada budaya Barat dan
Bahasa Belanda dan menganggap bahasa dan budaya lokal kurang penting sedangkan
pada masa Jepang mengajarkan sejarah dan budaya Jepang sebagai cara untuk
menggalang dukungan dan loyalitas rakyat. Ketiga, Faktor Ekonomi.
Secara ekonomi, pendidikan pada masa Belanda atau Jepang sama-sama digunakan
hanya untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan ekonomi kolonial. Keempat,
Faktor Politik. Dibawah penjajahan belanda, sistem pendidikan dibuat untuk
memperkuat kontrol kolonial belanda dan membatasi pengetahuan tentang sejarah
dan budaya Indonesia yang dapat memicu semangat nasionalisme. Sedangkan pada
masa Jepang menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mengkondisikan masyarakat
agar setia kepada pemerintah Jepang dan mendukung tujuan perang mereka
Terdapat beberapa tokoh yang
memperjuangkan pendidikan bagi rakyat Indonesia, salah satunya adalah Ki Hajar
Dewantara dengan mendirikan Sekolah Taman Siswa. Beliau saat ini dikenal
sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Hasil pemikirannya bahkan masih digunakan
sebagai landasan pendidikan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, sistem
pendidikan Indonesia telah mengalami 11 kali perubahan kurikulum. Tetapi
pengaruh faktor-faktor sosial, Budaya, Ekonomi dan politik tetap berperan
penting dalam pengembangan sistem pendidikan.
3. Ruang Kolaborasi. Apa yang Anda
pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang
kolaborasi?
Pada ruang kolaborasi, kami memaparkan hasil diskusi kami setelah
melihat dan mengamati 5 video mengenai pengalaman pengajar dari beberapa
daerah. Berdasarkan hasil pengamatan kami mengambarkan melalui program Indonesia
Mengajar mereka mengalami secara langsung keadaan nyata masyarakat di
berbagai daerah terpencil masih mengalami kesulitan dan ketidakmerataan dalam sektor
pendidikan di Indonesia. Pada daerah tersebut, terdapat keterbatasan sarana dan
prasarana pendidikan, termasuk minimnya fasilitas sekolah, kekurangan tenaga
pendidik, dan aspek lain. Dampak dari ketidakmerataan ini membuat anak-anak
hanya mampu mengejar pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD), dengan
metode pembelajaran yang lebih banyak terkait dengan pengalaman alamiah dan
belajar di alam atau luar kelas.Tantangan lain juga dialami oleh pengajar muda
yang bernama Martencis Veronica, yang harus merubah mindset dan motivasi anak
untuk belajar agar meminimalisir pernikahan dini di daerah tersebut.
Pengiriman pengajar muda dari kota merupakan salah satu upaya dari
pemerintah daerah untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada siswa
misalnya adalah penerapan bahasa asing dan penggunaan teknologi interaktif kepada
anak-anak di daerah terpencil. Hal ini memiliki dampak positif yang sangat
signifikan, yakni semakin meningkatkan semangat anak-anak untuk belajar. Tindakan
ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi kesenjangan
akses pendidikan. Ini juga mencerminkan semangat dan tekad anak-anak di daerah
terpencil yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Hal ini
memberikan harapan bagi generasi muda Indonesia, dengan peningkatan kualitas
pendidikan sebagai kunci untuk bersaing di dunia yang terus berubah.
4. Demonstrasi Kontekstual. Apa hal
penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani
bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?
Pelajaran yang dapat saya ambil dari
pengalaman saya mengerjakan demonstrasi konstektual adalah kemampuan untuk
berdiskusi dan berkerjasama dengan rekan-rekan saya untuk menghasilkan suatu
karya hasil dari pemikiran dan sudut pandang berbeda. Pada demonstrasi
konstektual ini kami menyusun pendapat dan ide-ide berbeda untuk menyajikan
hasil diskusi kami. Saling mendukung dalam mengkomunikasikan ide satu sama lain
agar dapat menciptakan hasil yang mudah dimengerti oleh yang lain.
Selain pengalaman mencapai kesepakatan dalam
kelompok, saya juga belajar untuk saling membantu dalam kelompok. Ketika ada
teman yang menanyakan pendapat, saya akan mengutarakan pendapat saya untuk
menguatkan keraguan yang ada dan begitu sebaliknya. Selain dalam kelompok kami
juga saling berbagi pengetahuan, misalnya pada saat mengedit menggunakan canva.
Ada beberapa teman yang belum pernah menggunakannya, sehingga sambil
mengerjakan tugas kelompok juga sekalian mengajari teman yang lain cara menggunakan
canva. Dari kelompok ini saya banyak belajar pengalaman baru, misalnya melatih
daya pikir analis dan kritis, berkomunikasi dan berkontribusi dalam kelompok
yang mana hal ini sangat berharga di dalam kehidupan sehari-hari saya, atau di
dunia akademik.
5.
Elaborasi Pemahaman.
a.
Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?
Sebelumnya saya telah memahami bahwa sosiokultural sudah
mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia sebelum Indonesia merdeka, sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas. Selanjutnya mengenai pembahasan sosiokultural
dalam pendidikan saat ini, kita tahu bahwa komposisi masyarakat bersifat
heterogen atau multikultural membuat perbedaan budaya sebagai latar belakang
individu. Perspektif sosiokultural dimulai dengan eksplorasi diri setiap
individu, yang meliputi identitas, hubungan asial dengan masyarakat, preferensi,
tujuan hidup, karakteristik dan kemampuan individu.
Begitupun dengan peserta didik berangkat dari berbagai latar
belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Untuk menghadapi hal tersebut
terdapat Teori Vygotsky yang menyatakan bahwa “ketika latar belakang budaya
menjadi tantangan kelas multikultural dalam pendidikan maka diperlukan
pendidikan kognitif”. Yaitu berupa penyediaan alat psikologis dan mediasi. Alat
psikologis merupakan jembatan antara individu dengan lingkungan sosial budaya
yang baru sehingga diperlukan mediasi untuk membantu dan memaksimalkan
kemampuan potensial individu dalam proses pembelajaran. Mediasi tersebut
memerlukan kemampuan analisis pendidik atau guru untuk menentukan kemampuan
aktual yang diperoleh individu atau murid sehingga guru dapat memberikan
bantuan atau scaffolding berupa bimbingan atau teman belajar untuk
memaksimalkan potensi individu tersebut sehingga perbedaan sosial, budaya,
politik, dan ekonomi dapat dimediasi.
b.
Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di
awal sebelum pembelajaran dimulai ?
Hal baru yang saya pahami adalah untuk menghadapi perbedaan latar
belakang tersebut berdasarkan Teori Vygotsky solusinya adalah dengan pendidikan
kognitif. Misalnya dengan ZPD (Zone of Proximal Development (ZPD atau mediasi.
Selain itu guru juga bisa menggunakan teknik scaffolding yaitu memberikan
bantuan yang sesuai pada saat siswa mempelajari
konsep baru dan berangsur-angsur mengurangi bantuan tersebut.
Sehingga dapat dipahami
bahwa pendekatan sosiokultural ini bertujuan untuk memastikan guru dapat
merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan budaya dan kondisi sosial yang
ada, agar kebutuhan siswa bisa terpenuhi dengan baik selama pembelajaran. Dengan
memperhatikan keadaan sosial, budaya, dan ekonomi di sekitar sekolah, guru bisa
merancang cara mengajar yang lebih sesuai dengan pengalaman dan harapan siswa.
Ini membuat pembelajaran menjadi lebih berarti, karena siswa bisa lebih mudah
menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
c.
Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut adalah mengenai praktik
pengajaran langsung di lapangan mengenai penerapan pembelajaran yang mendukung
keberagaman siswa. Saya ingin mempelajari lebih lanjut mengenai cara
berinteraksi sosial yang baik dan memahami zona proksimal siswa dalam
pembelajaran. Agar pembelajaran yang saya lakukan nanti mampu menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman dimana siswa merasa dihargai dan diterima
terlepas dari keberagaman budaya dan pengalaman mereka. Selain itu juga bagaimana
menciptakan kolaborasi yang baik antara guru dan siswa agar bisa membantu siswa
mencapai potensi terbaiknya.
6.
Koneksi Antar Materi. Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar
materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah
lain?
Pada koneksi antar materi, saya mempelajari bahwa ternyata
pembelajaran Perspektif Sosiokultural memiliki keterkaitan dengan mata kuliah
lain, yang akan dijelaskan dibawah ini:
a.
Filosofi Pendidikan Indonesia. Filosofi
pendidikan Indonesia membahas mengenai sejarah perjalanan pendidikan Indonesia
sejak pra-kemerdekaan yang juga berkaitan pengaruh dari faktor-faktor sosial,
budaya, ekonomi dan politik. Sehingga sesuai dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara bahwa “pendidikan harus memperhatikan kodrat zaman dan kodrat alamnya”,
sehingga seorang guru harus menyesuaikan pembelajarannya berdasarkan perbedaan
kemampuan dan latar belakang peserta didik.
b.
Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif
sosiokultural membahas mengenai aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam
pendidikan dapat mempengaruhi kebutuhan dan karakteristik peserta didik secara
individu. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana dalam
penerapannya penting untuk memahami latar belakang dan budaya serta faktor
ekonomi peserta didik untuk merancang pembelajaran berdasarkan kesiapan, minat,
dan gaya belajar siswa.
c.
Prinsip Pengajaran dan Asesmen I . Pendidikan perlu memperhatikan latar faktor sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam merancang kegiatan pembelajaran yang relevan dan
adil bagi semua peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran, materi, dan
penilaian yang akan diterapkan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d.
Pemahaman Terhadap Peserta Didik dan Pembelajarannya. Perbedaan latar belakang peserta didik bisa menjadi acuan guru
dalam memahami karakteristik peserta didik dan cara pembelajarannya. Dengan
mengetahui kebutuhan peserta didik, guru bisa merancang pembelajaran yang
efektif, inovatif, dan kreatif.
7.
Aksi Nyata.
a. Apa manfaat pembelajaran
ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?
Manfaat pembelajaran
perspektif sosiokultural dalam pendidikan yang saya rasakan untuk mendukung
kesiapan diri saya sebagai guru adalah menambah pemahaman dan pengetahuan saya
sebagai calon guru bahwa setiap siswa berasal dari lingkungan yang berbeda,
yang mempengaruhi cara mereka belajar, berinteraksi, dan memahami dunia. Dengan
mengenali faktor-faktor ini, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih
relevan dan bermakna sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Hal ini menyadarkan diri saya bahwa seorang guru bukan hanya sebatas
menyampaikan informasi secara pasif tetapi juga menjadi fasilitator yang
berfokus pada peserta didik dengan memperlakukan peserta didik dengan adil.
Selain menambah
pemahaman dan pengetahuan saya, pembelajaran ini juga bermanfaat bagi saya
untuk peningkatan keterampilan mediasi (peran guru dan
orang dewasa lainnya dalam membimbing siswa melalui interaksi sosial untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam), penggunakaan teknologi untuk mendukung
kegiatan pembelajaran sesuai dengan zaman yang berlaku saat ini. Dengan
memiliki kesiapan diri tersebut akan membantu saya sebagai calon guru untuk
mengoptimalkan penerapan perspektif sosiokultural dalam pengajaran.
b. Bagaimana Anda menilai
kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?
Menurut saya kesiapan
diri saya saat ini berada di skala 7, alasan saya yang pertama karena
sebelumnya saya berasal dari basic non-kependidikan sehingga pengalaman
langsung mengenai penerapan konsep-konsep yang saya pelajari dalam mata kuliah
perspektif sosiokultural di dalam kelas. Menurut saya dalam penerapan konsep
ini di pembelajaran membutuhkan waktu dan latihan yang cukup untuk memberikan
saya pengalaman dan evaluasi diri menjadi lebih baik dalam praktiknya. Kedua,
mengenai pemahaman konsep saya merasa pengetahuan saya masih terbatas. Saya sudah
memahami bahwa setiap anak berasal dari konteks sosial yang berbeda-beda. Oleh
karena itu dalam merancang pembelajaran dan asesmen harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan latar belakang peserta didik. Namun kedepannya tentu masih
banyak aspek-aspek yang lebih dalam dan beragam yang akan saya pelajari dan
bisa saya terapkan untuk mendukung kompetensi diri saya. Ketiga,
mengenai keterampilan teknologi. Saya merasa, saya sudah cukup mahir
menggunakan perangkat komputer misalnya microsoft office, penggunaan canva, dan
aplikasi lain yang bisa mendukung proses pembelajaran saya nantinya.
Berikut adalah alasan
mengapa saya menilai bahwa kesiapan diri saya berada di skala 7, namun hal ini
akan menjadi evaluasi diri saya untuk terus belajar dan mencari pengalaman
untuk menerapkan konsep-konsep sosiokultural dalam praktik pembelajaran saya.
c. Apa yang perlu Anda
persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?
Hal yang perlu saya
persiapkan untuk bisa menerapkan perspektif sosiokultural dalam pendidikan
dengan optimal adalah dengan melihat kekurangan yang sudah saya jelaskan
diatas. Berdasarkan evaluasi tersebut, saya perlu mempersiapkan diri dengan
mengasah pengetahuan saya lebih baik lagi dengan belajar sungguh-sungguh
tentang konsep-konsep sosiokultural melalui perkuliahan atau mengamati langsung
ketika PPL di sekolah untuk menambah pemahan dan pengetahuan saya. Kedepannya
ketika praktik mengajar langsung saya akan berusaha menerapkan konsep yang
didapat dalam mata kuliah ini, dan terus mengevaluasi diri saya lebih baik
lagi.
Dengan pengetahuan dan
pengalaman yang saya dapatkan di perkuliahan atau praktik pengalaman lapangan
saya berharap ketika saya menjalani tugas sebagai seorang guru, saya akan lebih
siap dan mampu untuk memberikan pembelajaran yang terbaik sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik, terutama mengenai moral. Karena saat
ini banyak sekali pengaruh perkembangan teknologi yang membawa dampak negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar