Rabu, 02 Februari 2022

Part of My Life

 Back To Home

Tinggal di kampung memang sangat tenang, jauh dari hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang terdengar sepanjang hari bahkan dikala malam. Di desa bahkan sejak matahari terbenam, hari mulai hening dan hanya terdengar suara jangkrik atau kodok yang bernyanyi dikala musim hujan akan datang.

Ada begitu banyak kehabagiaan dapat berkumpul kembali, bertemu dengan dua sosok paling berharga dan berarti dalam hidup. Mama dan bapak, yang tinggal sejak berpuluh tahun yang lalu setelah memutuskan mencari kehidupan yang lebih baik di tanah orang. Melalui program transmigrasi. 

Bahkan dikala anak tengah memutuskan melanjutkan kuliah di jawa, tanpa rasa ragu atau keluhan yang terdengar mereka mendukung pendidikan ini. Tanpa mereka diri ini bukan apa-apa, dan belum bisa apa-apa. Melakukan segala cara, untuk tetap menopang kehidupan anak tengah yang jauh, namun doa serasa dekat mengiringi langkah.

Menyekolahkan anak tengah dan juga anak bungsu, tentu saja mengeluarkan biaya yang banyak. Namun “mama” selalu bilang “Nak rezeki pasti ada, tenang saja itu urusan kami. Kalian sekolah dengan baik, hingga suatu hari bisa menjadi orang yang bisa membanggakan mama dan bapak.” Sesederhana itu, harapan mereka. 
Setiap harapan kedua orangtua, menjadi harapan anak tengah ini juga. Dengan iringan doa mereka, suatu hari semoga bisa mewujudkan harapan tersebut sekaligus nabung untuk melanjutkan sekolah anak tengah ini. 

Anak tengah punya mimpi melanjutkan pendidikan setelah S1, walaupun pendidikan S1 belum selesai. Tidak ada yang salah dengan mimpi. Jika suatu hari ada kesempatan untuk anak tengah, maka anak tengah sangat ingin melanjutkan pendidikannya. Dosen’ mimpinya.

Anak tengah terkadang ditanya “terus kamu kapan nikah?”. Anak tengah tidak pernah mematok kapan harus nikah, dan tidak pernah iri dengan orang lain yang telah menemukan jodohnya terlebih dahulu. Kapan pun, dan dimana pun anak tengah tidak pernah menolak jodoh jika memang sudah waktunya untuk bertemu.

Kesempatan untuk pulang tahun ini (2022) tidak terlepas dari bantuan anak sulung dan kakak ipar, yang membiayai perjalanan ini. Anak tengah sangat bersyukur, walaupun dari sejak kecil terkadang dipenuhi dengan pertengkaran namun anak sulung juga sangat berperan dalam membantu sekolah anak tengah. “thanks Anak Sulung” dari anak tengah.

Kemarin anak tengah pulang kampung “sendiri”, dia bingung tapi semuanya sudah diatur agar mudah dimengerti bahkan bagi seorang pemula. Ada jasa, untuk membawakan barang dan juga penunjuk jalan. Anak tengah menyewa itu. Namanya adalah Porter Bandara

Setelah di ruang tunggu, anak tengah bertemu dengan seseorang yang mengajak mengobrol setelah anak tengah hanya sibuk dengan handphonenya sendiri. Seseorang tersebut sedang transit dari tarakan di Bandara Juanda Surabaya yang menuju Yogjakarta. Anak tengah sempat bertukar IG dengannya. 

Ini bukan kali pertama anak tengah melakukan perjalanan jauh sendirian. Walaupun anak tengah adalah seorang perempuan, anak tengah sudah pernah melakukan beberapa kali perjalanan Purwokerto-Surabaya menggunakan Bus.

Ada banyak cerita yang juga di alami dalam perjelanan tersebut. Tapi kali ini di bandara, anak tengah dijemput dengan teman SMA walaupun hanya bersua “Hai”.  Kejadian yang tidak pernah terlupakan, dan semoga teman anak tengah tersebut sukses dengan pekerjaan dan kuliahnya sekarang. Anak tengah hanya titip pesan “kamu bisa melewati itu dan melakukan segalanya”. Ya, pemikirannya sangat dewasa dan agamis. Dia juga sangat pekerja keras. Anak tengah sangat kagum dengan sahabatnya itu.

Selanjutnya, anak tengah tiba di Kapuas tepat jam 18.00 WIB dan memutuskan melanjutkan perjalanan ke desa menggunakan motor dengan “mama”. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai di rumah, hampir separo perjalanan anak tengah dan mama diguyur hujan. Tentu saja ini menyulitkan, dalam kondisi gelap dan jalan yang licin. Untungnya “mama” sudah terbiasa dengan hal itu. Sepatu anak tengah yang berwarna putih, kini telah berubah warna menjadi merah karena tanah yang basah dan mengenai sepatu. 

Begitu jalan di desa, dikala musim hujan. Jalanan akan rusak, dan sangat sulit untuk dilewati. Atau ketika musim panas, jalanan akan dipenuhi debu. Serba salah memang, tapi itulah kehidupan di desa.

Selain jalan, salah satu yang menjadi harapan orang desa adalah jaringan internet yang memadai. Jaringan internet sangat sulit terjangkau. Hanya untuk sekedar membuka WA saja, sangat sulit dan hanya ada dititik titik tertentu. Bahkan setelah 2,5 tahun anak tengah pulang kampung, jaringan im3 sama sekali tidak ada dan hanya ada telkomsel dan itupun sangat sulit juga. Anak tengah bahkan orang-orang desa lainnya mungkin bertanya-tanya kapan jaringan internet di desa ini setidaknya lebih baik.

.Cerita kebanggaan setiap orangtua akan berbeda bagi anaknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  1.      Mulai Dari Diri: A pa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?  Sebelum memulai proses pembelaj...